Jakarta, kini.co.id – Pengamat terorisme dari The Community of Ideologi Al Islamic Analyst (CIIA), Ustadz Harits Abu Ulya menilai keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, berpotensi menjadi stimulan bagi lahirnya kemarahan dunia Islam.
“Selain melukai nalar dan hati umat Islam sedunia. Itu mempertajam eksistensi penjajahan Israel atas tanah Palestina. Kemarahan juga tidak terkecuali bisa datang dari kelompok yang dianggap radikal,” kata Harits dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/12).
Harits khawatir kemarahan dengan segala wujud ekspresi itu cepat atau lambat bakal hadir di penjuru dunia, khususnya di Palestina sendiri. Targetnya, tentu saja simbol Amerika Serikat.
Ia juga mengingatkan Pemerintah Indonesia untuk siaga. Selain negara dengan berpenduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia juga masih menjadi tempat kelompok Islam radikal bercokol.
“Di Indonesia, potensi umat Islam akan bereaksi keras juga terbuka lebar,” kata Harits.
“Kebijakan Trump ini sulit dan bisa menjadi bom waktu yang bisa mengoyak kedamaian yang menjadi impian banyak pihak, terutama di Indonesia,” tambahnya.
Kuncinya, ada pada arah kebijakan pemerintahan Jokowi dalam merespons isu Jerusalem ini. Harits berpendapat, Indonesia harus merespons isu ini dengan tepat, hati-hati, dan tidak mengurangi ketegasan terhadap hal yang prinsipil.
Dengan cara ini, diharapkan mampu mengakomodasi suara umat Islam di Indonesia serta mereduksi reaksi-reaksi yang tidak diharapkan, seperti kekerasan atau bahkan teror.
“Pemerintah diharapkan mampu mengakomodasi aspirasi umat Islam Indonesia dan itu otomatis bisa mereduksi aksi-aksi anarkis, bahkan teror dari komponen tertentu yang masih tidak puas dengan situasi saat ini,” ujar Harits.